Mengapa di Indonesia Sering Terjadi Perbedaan Awal Puasa dan Idul Fitri?

Posted by Dastan on 0

Indonesia memang sebuah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun demikian anehnya Indonesia juga mungkin salah satu dari sedikit negara di dunia yang seringkali memiliki perbedaan dalam penentuan awal ramadhan, dan idul fitri. Satu ormas besar menyatakan di tanggal 28, yang lain menyatakan tanggal 29 Juni (kasus tahun 2014). Pertanyaannya, apa yang menjadikan dasar dari perbedaan ini?

Sebenarnya yang menjadikan perbedaan adalah metode dalam penghitungan awal dari sebuah bulan Hijriyah (bulan dalam islam). Dalam Islam ada tiga metode yang sering digunakan. Pertama, metode wudul hilal (adanya bulan). Dengan metode ini, secara sederhana, penentuan awal bulan dilakukan dengan melihat bahwa bulan sudah tampak di atas ufuk ketika petang datang tanpa mempertimbangkan berapa derajat sudut ketinggian yang sudah terlihat.

Metode ini sering digunakan oleh Muhammadiyah. Keuntungannya, awal bulan ramadhan bisa diprediksi beberapa hari sebelum awal bulan. Oleh sebab itu seringkali ormas yang satu ini sudah mengumumkan awal hadirnya bulan ramadhan jauh sebelum sidang istbath.

Metode yang kedua, Rukyatul Hilal (mengamati bulan). Dari artinya saja sudah bisa dilihat bahwa ketika akhir bulan maka harus melihat hilal. Namun demikian bagaimana jika mendung? Atau gagal terlihat? Mengikuti sebuah hadist yang menyatakan bahwa “jika terhalang maka genapkanlan menjadi 30 hari”, maka kalender yang berjalan digenapkan menjadi 30 hari.

Metode terkahir yaitu Imkan Al Rukyat. Metode ini hampir mirip dengan Rukyatul hilal. Masalahnya, ketika bulan tampak tapi tidak sampai 2 derajat (batas ketinggian), maka awal bulan ramadhan tidak bisa ditetapkan, sehingga jatuh pada hari esoknya. Metode ini tidak menafikan Wujudul Hilal, tapi seolah menjadi penekanan dari awal jatuhnya bulan ramadhan. Metode ini sering digunakan oleh ormas NU dan beberapa ormas lain di Indonesia.

Dari dua metode saja sudah akan terlihat mengapa di Indonesia sering terjadi perbedaan. Satu kasus apabila di hari kamis sore Muhammadiyah melihat bulan sudah nampak, maka malam harinya akan tarawih. Tapi jika NU memandang penampakannya kurang dari 2 derajat, maka esok harinya baru diadakan tarawih. Dan Indonesia akan mengadakan puasa pada satu hari yang sama jika pada hari kamis tersebut bulan sudah nampak, dan di atas 2 derajat.
Wallahu a’lam.

Oleh: Ma'mun Affany

About the Author

Ma'mun Affany WA di 085747777728

pin: 56C7E212

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 komentar:

back to top