Sejarah Islam di Jawa

Posted by Dastan on 0

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke Bumi Nusantara. Pertama, Islam dibawa langsung oleh para pedagang dari Mekkah dan Madinah. Kedua, Islam dibawa juga oleh pedagang namun dari persia. Ketiga, Islam dibawa juga oleh pedagang namun oleh muslim Gujarat India.

Dari beberapa teori tersebut, Islam di Jawa juga sangat cocok jika dikatakan dibawa oleh pedagang. Alasannya Islam masuk di Jawa justru melalui tanah pesisir di Gresik yang berdekatan dengan pelabuhan tempat para pedagang singgah. Di Gresik pula Maulana Malik Ibrahim muncul sebagai penyebar Islam yang selanjutnya dijuluki dengan Sunan Gresik.

Selain Maulana Malik Ibrahim ada juga Syeikh Maulana Ishaq, yang awalnya singgah di Pasai. Maulana Ishaq selanjutnya menikahi putri raja Blambangan, Jawa Timur, yang bernama Prabu Menak Sembuyu. Bisa dibayangkan bagaimana pesatnya penyebaran Islam akibat pernikahan tersebut.

Dari keluarga Maulana Ishaq, selanjutnya lahirlah Raden Paku, atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Giri. Namun justru Maulana Ishaq selanjutnya kembali ke Pasai Aceh, oleh sebab itu dalam sejarah Jawa Maulana Ishaq tidak begitu dikenal sebagai seorang Sunan meskipun pengaruh syiar Islamnya sebenarnya luar biasa. Sedangkan Maulana Malik Ibrahim lebih fokus pada penyebaran agama Islam yang selanjutnya disebut sebagai Sunan Gresik.

Surabaya yang terdekat dengan Gresik selanjutnya diwarnai oleh anak Syeikh Ibrahim Asmaraqandi, yaitu Sunan Ampel. Saat itu pula ada Raden Santri dan Raden Burereh. Di buku Islam Pesisir (69) justru tercatat bahwa ketiganya merupakan keponakan dari raja Brawijaya dari raja Majapahit melalui jalur Istri Dwarawati dan Campa. Artinya hampir semua penyebar Islam di Jawa memiliki kedudukan penting. Beberapa penyebar Islam tersebut selanjutnya lebih dikenal sebagai Wali Songo (sembilan), yang menorehkan sejarah Islam di Jawa.

Namun demikian hal yang harus disadari adalah kehebatan penyebaran Islam di Jawa yang begitu pesat. Padahal, sarana transportasi begitu sulit, pulau Jawa sangat luas, namun faktanya ketika VOC datang di abad 15, justru pejuang-pejuang yang melawan penjajahan adalah muslim. Artinya Islam berkembang sangat sistematis.

Salah satu faktor terbesarnya tentu saja adalah politik. Wali Songo yang berjumlah sembilan, rata-rata adalah keluarga kerajaan. Bahkan yang paling mencolok adalah Sunan Giri, ia adalah seorang raja Giri Kedaton bergelar Prabu Satmata. Bahkan peristiwa dinobatkannya Sunan Giri sebagai raja selalu menjadi perayaan hari jadi.

Belum lagi mayoritas sunan bergelar Raden, hanya sunan Gunung Jati dan sunan Gresik saja yang tidak memiliki gelar Raden. Padahal Raden adalah sebuah gelar Istimewa, kebangsaan dalam adat Jawa, Sunda, dan Madura. Artinya hampir semua penyebar Islam di tanah Jawa memiliki darah biru. Oleh sebab itu Islam menjadi berkembang dengan sangat pesat.

Faktor selanjutnya adalah terstrukturnya peta dakwah para wali. Setiap wali memiliki tempat dakwahnya sendiri dan strategis dalam wilayah tersebut. Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Gunung Jati di Cirebon, dll. Memang sebenarnya Wali Songo dalam wikipedia tercatat sebagai Majelis Dakwah pertama kali yang didirikan oleh Sunan Gresik, wajar jika terlihat sangat terorganisir.

Faktor yang lain adalah masuknya para Wali ke dalam setiap unsur kehidupan masyarakat Jawa, tidak hanya berdakwah. Faktanya para Wali sampai menciptakan lagu, seperti gundul-gundul pacul yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga, gamelan diciptakan oleh Sunan Bonang, artinya seni berdakwah yang dimiliki sangat luar biasa. Oleh sebab itu Wali Songo sangat pantas menjadi rujukan dakwah di pulau Jawa yang mampu merubah penduduk yang awalnya beragama Hindu dan Budha.

Oleh: Ma'mun Affany

Tagged as:
About the Author

Ma'mun Affany WA di 085747777728

pin: 56C7E212

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 komentar:

back to top