Mengapa Al Qur’an Berbahasa Arab?

Posted by Dastan on 0

Pertanyaan ini sering sekali ditanyakan oleh pemerhati Islam dan yang ingin belajar Islam lebih mendalam. Hal ini mengingat jika Al Qur’an berbahasa arab, maka hanya cocok di arab, tidak di jawa, Indonesia, atau di rumpun melayu. Tapi cobalah sedikit sejenak mengurai secara baik alasannya?

Khalil bin Ahmad  yang hidup di tahun 796 M membuktikan kekayaan bahasa arab dari struktur huruf penyusun katanya. Ia mensurvei dan menghitung kata-kata dalam bahasa arab serta menemukan 1.235.412 kata. Sangat kaya sekali.

Bahkan meskipun hanya tersusun dua huruf saja, bahasa arab mampu membentuk 750 kata darinya, bandingkan dengan bahasa lain yang jika tersusun dari dua kata, tidak lebih dari 50, in on at adalah sedikit contohnya.

Belum lagi yang tersusun dengan tiga huruf, bahasa arab mampu membuat 19.650 kat, wow. Padahal bahasa arab bisa sampai lima huruf, dan dari lima huruf tersebut, tersusun sampai 6.375.600 kata. Sulit bagi bahasa lain untuk menandinginya.

Salah satu rahasianya adalah adanya harakat dalam bahasa arab. Perbedaan harakat kecil saja mampu mempengaruhi artinya, bahkan jika sedikit panjang dan pendek dalam melafalkannya juga akan merubah artinya. Dari penjelasan ini dapat dimengerti jika bahasa arab mempunyai kemampuan luar biasa untuk melahirkan makna-makna baru dari akar kata yang dimilikinya.

Bahasa arab juga sangat kaya dalam pemecahan “Jenis kelamin” atau pada bilangan yang ditunjuknya-tunggal, jamak, dan dual, atau pada banyak macam masa yang digunakannya-kini, lampau, akan datang, bersinambungan, dan sebagainya- tetapi juga terdapat kekayaan dalam kosakata dan sinonimnya.

Contoh, kata yang bermakna singa ditemukan sebanyak tidak kurang dari 500 kata, ular 200 kata. Menurut De’ Hemmaer, ada 5.644 kata yang menunjuk pada unta dan aneka macam jenis dan keadaannya.  Oleh sebab itu pantas kiranya mengatakan bahwa bahasa arab adalah bahasa paling beradab dan paling tinggi kedudukannya.

Sehingga penyifatan al Qur’an dengan kata Arabiyyan (Qur’an berbahasa arab), disamping sebagai penjelasan yang mengandung pujian terhadap kitab suci ini, juga sebagai sebuah keterangan bahwa dengan begitu berat kandungan yang ada di dalamnya hanya bahasa arablah yang mampu menerangkannya.


Thabathaba’I berpendapat bahwa kalam Allah itu tidak terjangkau bagi akal manusia, secerdas apapun, dank arena itulah maka Allah “Menjadikannya” dalam bahasa arab. Kesan ini dikuatkan oleh ayat yang menyatakan bahwa: dan sesungguhnya dia ada dalam induk al Kitab di sisi kami”. Artinya kalam ilahi sesungguhnya tidak terjangkau oleh nalar sehingga dibutuhkan suatu bahasa yang kaya untuk memahamkannya.

About the Author

Ma'mun Affany WA di 085747777728

pin: 56C7E212

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 komentar:

back to top